Kamis, 30 Juni 2011

Kajian Keluarga Islam ( bag I )

Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam

Oleh : Abu Umar Baasyir

Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme ibadahnya.

Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.

Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar,
“Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”
Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.

Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.

Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)

Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.

Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.

Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.

Wajahnya Muram

Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”

Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri.

Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.

Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi.
Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya. 
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’.

Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).

Bau Mulut

Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan.

Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari,

“Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.

Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).

Posisi Ijba’

Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah. Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.

Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya.

Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir



Maaf, kalau dianggap terlalu vulgar!

Postingan ini, sedikit menambah pengetahuan tentang seks, secara Islami. Lantaran masalah ini jarang di-ekspos, padahal sangat penting untuk mereka yang sudah berkeluarga.

Saya ambil keterangannya dari sebuah kitab berjudul Sutra Ungu buah karya ustadz Abu Umar Basyir (sekali lagi beda dengan Abu Bakar Ba'asyir ya!) terbitan Rumah Dzikir.

Mudah-mudahan berguna!

Rintihan dan Desahan.

Salah satu yang mampu membuat -biasanya kaum suami- amat terangsang adalah mendengar rintihan dan desahan penuh rasa dan kenikmatan sang istri.

Abdu bin Humaid meriwayatkan dari Ibnu Mundzir sebagaimana yang dinukil dari Imam As-Suyuthi dalam tafsir Ad Duraru al Mantsur, bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan pernah suatu kali mengajak istrinya berhubungan intim. Tiba-tiba sang istri mengeluarkan desahan nafas dan rintihan yang penuh gairah, sehingga sang istri malu dengan sendirinya. Namun beliau justru menanggapi,"Tak jadi masalah, sungguh demi Allah yang paling menarik dari diri kalian adalah desahan nafas dan rintihan kalian."

Imam As Suyuthi juga meriwayatkan bahwa ada seorang qadhi yang tengah menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah nafasnya. Qadhi pun menegurnya. Namun tatkala Qadhi menggauli istrinya lagi, ia justru berkata,"Coba lakukan seperti kemarin." (Raqaaiqu Ar Ruj:9)

Ibnu Abbas pernah ditanya tentang hukum desahan dan rintihan yang dilakukan tatkala berhubungan seks. Beliau menjawab,"Apabila engkau menggauli istrimu, berbuatlah sesukamu!"

Ada sebagian kalangan berpendapat bahwa hubungan seks adalah sesuatu yang sakral, ibarat shalat. Sehingga haram untuk diselingi rintihan dan desahan. Akhirnya hubungan seks pun dalam tekanan, diam seribu bahasa. Dan dari keterangan diatas, jelas sekali bahwa hal itu adalah salah.

Bebas mengungkapkan ekspresi tatkala melakukan hubungan seks adalah halal. Di samping itu, kenimatan berhubungan seks akan semakin indah tatkala diiringi dengan rintihan dan desahan nan penuh gairah.

Selesai kutipan.

Di lain halaman, berkenaan dengan ini, juga diberikan peringatan, yakni Awas! Jaga Desahan Anda. Terutama dari terdengar dari luar kamar, oleh anak-anak atau oleh tetangga. Maka memilih waktu yang tepat berhubungan juga perlu diperhatikan, demikian juga dengan pelan atau kerasnya suara tersebut.

Wallahu a'lam

Soul Mate ( belahan jiwa )


Ada kalanya seseorang memiliki pasangan hidup berparas menarik, tapi omongannya pedas dan menyakitkan. Yang lain barangkali rupawan, ucapan enak didengar tetapi sangat boros. Ada pula seseorang yang pandai menyenangkan pasangan, pandai mengatur keuangan, namun kurang rajin beribadah.

''Manusia itu seperti unta. Di antara 100 ekor unta, sangat sulit kamu menemukan seekor yang sangat baik tunggangannya.'' (HR Bukhari Muslim). Bagi istri hampir tidak mungkin mendapatkan suami yang gagah perkasa, mulia, dermawan, berilmu luas, banyak sedekah, pandai mengendalikan amarah, mudah memaafkan orang lain, dan romantis. Bagi suami hampir tidak mungkin memiliki seorang istri yang cantik, pandai menyenangkan suami, cekatan, pintar mengelola keuangan, rajin beribadah, serta sejuta sifat baik lainnya. 

Nasihat Rasulullah SAW, berkenaan kekurangan yang ada pada pasangan kita, ''Hendaknya seorang mukmin tidak meninggalkan seorang mukminah. Kalau dia membenci suatu perangai pada diri istrinya, dia pasti menyenangi perangai yang lain.'' Pesan Rasulullah senapas dengan firman-Nya, ''Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.'' (An Nisa [4]: 19).

Tentu saja bukan berarti kita membiarkan begitu saja beberapa aib ataupun kekurangan pasangan kita. Harus ada usaha berupa perkataan (nasihat lisan) maupun perbuatan (nasihat dengan teladan) untuk memperbaiki kekurangan pasangan. Namun tentu saja, usaha perbaikan tersebut harus dengan keikhlasan serta cara yang sebaik mungkin kita mampu. 

Hendaknya kita melihat tindakan memberi nasihat merupakan penunaian kewajiban menyampaikan ilmu ataupun nilai kebaikan yang orang lain pada saat itu belum memilikinya. Tentu saja dengan tetap menyadari orang yang kita nasihati memiliki beberapa kelebihan yang tidak kita miliki. Selain ikhlas dalam menasihati, penting pula ikhlas dalam menerima nasihat. Ketika kita dinasihati, hendaknya kita kendalikan serta lunakkan hati kita untuk ikhlas menerimanya.

Adakalanya suatu nasihat kebenaran akan mendapatkan penolakan ketika cara penyampaiannya salah. Hendaknya kita pandai memilih metode dan waktu yang lebih tepat untuk menasihati pasangan kita. Bil hikmah wa mau'idzhatul hasanah, dengan hikmah serta pelajaran utama. Semoga apa yang dicontohkan banyak rumah tangga publik figur belakangan ini, tidak terjadi pada kita. Dan apabila masing-masing lebih memperhatikan  dan melaksanakan kwajibanya  terhadap pasanganya daripada menuntut haknya saja ,keharmonisan dan kebahagiaan  hidup akan lestari sampai  hayat  InsyaAllah .Amien


Wassalam ,


Semoga kita dapat memetik hikmahnya


Sumber : Fiqih Keluarga sakinah 

Cinta Ibarat Kupu-Kupu


Makin kau kejar, makin ia menghindar
tapi bila kau biarkan ia terbang.
ia akan menghampirimu disaat kau tak menduganya.
cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti.
tapi cinta itu hanya istimewa, apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerimanya. ......
jadi....tenang tenang saja jangan terburu-buru
hingga kau bisa memilih yang terbaik

untuk kalian yang ......RAGU - RAGU DENGAN PERNIKAHAN
Cinta bukanlah perkara menjadi "ORANG SEMPURNA"nya seseorang.

justru perkara menemukan seseorang yang bisa membantumu menjadikan dirimu sempurna.


untuk kalian yang....... TIPE PLAYBOY / PLAYGIRL
Jangan katakan "AKU CINTA PADAMU" bila kau tidak benar-benar peduli padanya.
Jangan bicarakan soal perasaan -perasaan itu bila tidak benar - benar adanya.
Jangan kau Sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hatinya.
Jangan menatap kedalam matanya bila yang kau katakan cuma DUSTA.
Hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta,padahal kau tidak berniat sama sekali untuk menerimannya saat ia terjatuh.... ..


Untuk kalian yang ......... SUDAH MENIKAH

Kalau Cinta jangan katakan "INI SALAHMU !" tapi maafkan aku ya?
Bukan " KAU DIMANA?! " melainkan "AKU DISINI,KENAPA? "
Bukan "KOK BISA SIH KAU BEGITU ?" tapi "AKU MENGERTI "
Dan bukan "COBA, SEANDAINYA KAU.... " akan tetapi "TERIMA KASIH YA, KAMU BEGITU...."


Untuk kalian yang...... PATAH HATI

Sakit patah hati bertahan selama kau menginginkannya
dan akan mengiris luka sedalam kau membiarkannya.
Tantangannya bukanlah bagaimana bisa mengatasi melainkan apa yang bisa diambil sebagai pelajaran dan Hikmahnya

Untuk kalian yang........ ..... BELUM PERNAH JATUH CINTA

Bagaimana kalau jatuh cinta : Mau jatuh,jatuhlah tapi jangan sampai terjerumus, tetaplah konsisten tapi jangan terlalu "NGOTOT"
Berbagilah dan jangan sekali - kali tidak Fair.
Berpengertianlah dan cobalah untuk tidak menuntut,
siap - siaplah untuk terluka dan menderita,tapi jangan kau simpan semua rasa sakitmu itu.

Untuk kalian yang ......... INGIN MENGUASAI

Hatimu patah melihat yang kau cintai berbahagia dengan oranglain, tapi seharusnya akan lebih sakit mengetahui bahwa yang kau cintai ternyata tidak bahagia bersamamu.

Untuk kalian yang........ ... TAKUT MENGAKUI
Cinta menyakitkan bila anda putuskan hubungan dengan seseorang. malah lebih sakit lagi bila seseorang memutuskan hubungan denganmu.

Tapi cinta paling menyakitkan bila orang yang kau cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanmu terhadapnya.

Untuk kalian yang........ .. MASIH BERTAHAN MENCINTAI SESEORANG YANG SUDAH PERGI

Hal menyedihkan dalam hidup ialah bila kau bertemu seseorang lalu jatuh cinta,hanya kemudian pada akirnya kau menyadari bahwa dia bukanlah jodohmu.

Dan kau telah menyia2 kan bertahun-tahun untuk seseorang yang tidak layak. kalau sekarangpun ia sudah tak layak, 10 tahun dari sekarangpun ia juga tak akan layak.

maka biarkan ia pergi dan lupakan.....

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

“Cinta menghilangkan segala rasa sakit”(KH. Rahmat Abdullah) Kalau cinta sudah melekat semua terasa nikmat!, begitulah cinta yang tumbuh merekah. Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu berterbangan. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugrah.
Kekuatan Cinta

“ Barang siapa yang mengintip pahala karena keikhlasanya, niscaya menjadi ringanlah semua tugas yang berat ini” (Ibnul Jauzi Rahimahumullah) Subhanallah begitu indahnya cinta, dalan rasanya ia menghunjam dada. Dasyat energinya, mampu mengubah dan menggubah segala yang sederhana menjadi luar biasa. Mengubah pernikahan berbuah syurga. Menikah dengan bidadari berkulit putih, tak pernah dijamah apalagi di raba. Mereka menunggu “pengantin lelaki” syuhada sejati. Kitakah salah satunya? Wallahu a’lam

Biar tak kebablasan berbicara cinta mari kita lihat apa kata ahlinya. Menurut Abul Faraji Ibnul Qoyyim Rahimahullah, faktor yang mendorong dan menyebabkan tumbuhnya rasa cinta adalah:
  1. Sifat-sifat yang dimiliki orang yang dicintai dan pesona keindahannya.
  2. Perasaan orang yang mencintai terhadap orang yang di cintai
  3. Keserasian yang meliputi keselarasan dan kesesuaian antara orang yang mencintai dengan orang yang di cintai.
Bila ketiga hal ini menguat dan sempurna, cinta pun kuat dan mengakar. Dasyat. Bila pudar, lemah, maka musibah pun segera menerpa. Gagal. Kecewa. Gundah.
Apa relepansi cinta dalam kemenangan hidup kita? Rasulullah menggariskan bahwa kita belum mencapai derajat iman dan kecintaan yang sempurna, sebelum mampu segala sesuatu bagi orang lain sebagai mana kita mencintai buat diri kita sendiri. Ekspresi cinta pada orang lain sejatinya k“Cinta menghilangkan segala rasa sakit”(KH. Rahmat Abdullah) Kalau cinta sudah melekat semua terasa nikmat!, begitulah cinta yang tumbuh merekah. Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu berterbangan. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugrah.
Kekuatan Cinta

“ Barang siapa yang mengintip pahala karena keikhlasanya, niscaya menjadi ringanlah semua tugas yang berat ini” (Ibnul Jauzi Rahimahumullah) Subhanallah begitu indahnya cinta, dalan rasanya ia menghunjam dada. Dasyat energinya, mampu mengubah dan menggubah segala yang sederhana menjadi luar biasa. Mengubah pernikahan berbuah syurga. Menikah dengan bidadari berkulit putih, tak pernah dijamah apalagi di raba. Mereka menunggu “pengantin lelaki” syuhada sejati. Kitakah salah satunya? Wallahu a’lam

Biar tak kebablasan berbicara cinta mari kita lihat apa kata ahlinya. Menurut Abul Faraji Ibnul Qoyyim Rahimahullah, faktor yang mendorong dan menyebabkan tumbuhnya rasa cinta adalah:
  1. Sifat-sifat yang dimiliki orang yang dicintai dan pesona keindahannya.
  2. Perasaan orang yang mencintai terhadap orang yang di cintai
  3. Keserasian yang meliputi keselarasan dan kesesuaian antara orang yang mencintai dengan orang yang di cintai.
Bila ketiga hal ini menguat dan sempurna, cinta pun kuat dan mengakar. Dasyat. Bila pudar, lemah, maka musibah pun segera menerpa. Gagal. Kecewa. Gundah.
Apa relepansi cinta dalam kemenangan hidup kita? Rasulullah menggariskan bahwa kita belum mencapai d“Cinta menghilangkan segala rasa sakit”(KH. Rahmat Abdullah) Kalau cinta sudah melekat semua terasa nikmat!, begitulah cinta yang tumbuh merekah. Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu berterbangan. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugrah.
Kekuatan Cinta

“ Barang siapa yang mengintip pahala karena keikhlasanya, niscaya menjadi ringanlah semua tugas yang berat ini” (Ibnul Jauzi Rahimahumullah) Subhanallah begitu indahnya cinta, dalan rasanya ia menghunjam dada. Dasyat energinya, mampu mengubah dan menggubah segala yang sederhana menjadi luar biasa. Mengubah pernikahan berbuah syurga. Menikah dengan bidadari berkulit putih, tak pernah dijamah apalagi di raba. Mereka menunggu “pengantin lelaki” syuhada sejati. Kitakah salah satunya? Wallahu a’lam

Biar tak kebablasan berbicara cinta mari kita lihat apa kata ahlinya. Menurut Abul Faraji Ibnul Qoyyim Rahimahullah, faktor yang mendorong dan menyebabkan tumbuhnya rasa cinta adalah:
  1. Sifat-sifat yang dimiliki orang yang dicintai dan pesona keindahannya.
  2. Perasaan orang yang mencintai terhadap orang yang di cintai
  3. Keserasian yang meliputi keselarasan dan kesesuaian antara orang yang mencintai dengan orang yang di cintai.
Bila ketiga hal ini menguat dan sempurna, cinta pun kuat dan mengakar. Dasyat. Bila pudar, lemah, maka musibah pun segera menerpa. Gagal. Kecewa. Gundah.
Apa relepansi cinta dalam kemenangan hidup kita? Rasulullah menggariskan bahwa kita belum mencapai derajat iman dan kecintaan yang sempurna, sebelum mampu segala sesuatu bagi orang lain sebagai mana kita mencintai buat diri kita sendiri. Ekspresi cinta pada orang lain sejatinya kebutuhan dan kemanfaatan buat diri sendiri yang mencintai. Inti cinta apa manfaat yang di dapat. Pada apapun kita mencintai, dari situlah manfaat digali.“Katakanlah: (Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu) Allah maha pengampun lagi maha penyayang “ QS. Ali Imran 31)
Mencintai Allah, mengikuti Nabi, akan dibalas kecintaan dan dihapus dosa yang di lakukan. Enak bukan? Jadi cinta itu aslinya pamrih ingin dapat balasan. Iya kan?. Kita bekerja agar dapat gaji atau bayaran yang lumayan. Cinta pasangan agar dibalas dan dilayani dengan kesetiaan. Cinta profesi agar lebih berprestasi. Cinta keluarga agar bahagia. Cinta ibadah agar raih syurga karena itulah kita perlu mengarahkan cinta ini agar menjadi “Modal” kemenangan kita. Wallahu a’lam (Way To Win)
erajat iman dan kecintaan yang sempurna, sebelum mampu segala sesuatu bagi orang lain sebagai mana kita mencintai buat diri kita sendiri. Ekspresi cinta pada orang lain sejatinya kebutuhan dan kemanfaatan buat diri sendiri yang mencintai. Inti cinta apa manfaat yang di dapat. Pada apapun kita mencintai, dari situlah manfaat digali.“Katakanlah: (Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu) Allah maha pengampun lagi maha penyayang “ QS. Ali Imran 31)
Mencintai Allah, mengikuti Nabi, akan dibalas kecintaan dan dihapus dosa yang di lakukan. Enak bukan? Jadi cinta itu aslinya pamrih ingin dapat balasan. Iya kan?. Kita bekerja agar dapat gaji atau bayaran yang lumayan. Cinta pasangan agar dibalas dan dilayani dengan kesetiaan. Cinta profesi agar lebih berprestasi. Cinta keluarga agar bahagia. Cinta ibadah agar raih syurga karena itulah kita perlu mengarahkan cinta ini agar menjadi “Modal” kemenangan kita. Wallahu a’lam (Way To Win)
ebutuhan dan kemanfaatan buat diri sendiri yang mencintai. Inti cinta apa manfaat yang di dapat. Pada apapun kita mencintai, dari situlah manfaat digali.“Katakanlah: (Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu) Allah maha pengampun lagi maha penyayang “ QS. Ali Imran 31)
Mencintai Allah, mengikuti Nabi, akan dibalas kecintaan dan dihapus dosa yang di lakukan. Enak bukan? Jadi cinta itu aslinya pamrih ingin dapat balasan. Iya kan?. Kita bekerja agar dapat gaji atau bayaran yang lumayan. Cinta pasangan agar dibalas dan dilayani dengan kesetiaan. Cinta profesi agar lebih berprestasi. Cinta keluarga agar bahagia. Cinta ibadah agar raih syurga karena itulah kita perlu mengarahkan cinta ini agar menjadi “Modal” kemenangan kita. Wallahu a’lam (Way To Win)